for my friend

Beberapa hari yang lalu aku mendapat kiriman
satu lusin bunga dari temanku.
Aku cuma mengisakan satu bunga saja, yang
lainnya aku kirimkan pada teman2ku.

Aku berikan satu bunga kepada adik
perempuanku.
Semoga dapat memberikan dia kebahagiaan
selalu

Yang satunya aku berikan pada temanku yang
sedang sedih waktu itu....
Kekuatan bunga ini yang diberikan padanya
lebih dari yang kubayangkan sebelumnya.

Yang satu lagi aku berikan pada teman yang
belum kenal lama....
Waktu itu dia sedang mempunyai masalah yang
sangat rumit, semoga dengan bunga itu dia dapat
tabah dan maju terus.

Bunga2 yang lainya aku kirimkan pada orang2
yang
pernah membantuku dalam hari2ku yang tidak
bisa
kulewatkan sendiri....., mereka ada sungguh
sangat memberikan aku kekuatan.....

Bunga2 ini sangat indah sehingga membuatku
tidak
tega menikmatinya sendiri saja, hanya aku sisakan
satu kuntum yang belum mekar.

Teman2 memberikan bunga2 ini padaku
mendoakan
agar bunga2 ini membawa kebahagiaan dalam
hari2
ku, tetapi kebahagiaan yang kuterima paling besar
adalah mengirimkannya lagi pada teman2ku yang
lain

Yang ini untukmu , apakah kamu menyukainya?

______..___8"=,,88,_.__________________
_______8""=""8'__"88a88'_______________
__.._.;88m_a8___,8""_"8________________
___"8"'__"88"__A"_____8;_______________
_____"8,__"8___8_______"8,_____________
______"8___8,__8,_______"8_____________
_______8,__"8,_"8,_______8,____________
_______"8,__"8,_"8mm""""""8m.__________
________"8,am888i"'___I3,mm"___________
________,8"___8"__I3.m888"_____________
_______,88P"""""I3I888888______________
_______"'_________"I888________________
____________________"I8________________
_____________________"I8_______________
______________________"I8______________
_______________________"I8_____________

Teman adalah harta yang sangat berharga
mereka dapat membuatmu tersenyum
membantu dan mendukungmu menuju kesuksesan

Mereka meminjamkan sepasang telinganya
untuk berbagi berbagai hal2 yang indah denganmu
mereka selalu membuka hatinya untukmu

....beritahu temanmu betapa kamu membutuhkan
mereka....

kirim bulletin ini pada semua orang yang kamu
anggap teman,apabila bulletin ini kembali lagi
padamu itu berarti kamu mendapatkan teman yang
akan selalu menyertaimu.....

Maafkanlah Aku Kawan

Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan,

mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar,

merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia

menulis di atas pasir : HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi.

Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam,

dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya.

Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: HARI INI,

SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU. Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya,

"Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?"

Temannya sambil tersenyum menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya

di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu

yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin."

Cerita di atas, bagaimanapun tentu saja lebih mudah dibaca dibanding diterapkan. Begitu mudahnya

kita memutuskan sebuah pertemanan \'hanya\' karena sakit hati atas sebuah perbuatan atau perkataan

yang menurut kita keterlaluan hingga menyakiti hati kita. Sebuah sakit hati lebih perkasa untuk

merusak dibanding begitu banyak kebaikan untuk menjaga. Mungkin ini memang bagian dari sifat buruk diri kita.

Karena itu, seseorang pernah memberitahu saya apa yang harus saya lakukan ketika saya sakit hati.

Beliau mengatakan ketika sakit hati yang paling penting adalah melihat apakah memang orang yang

Tukang Kayu dan Rumahnya

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate.
Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa
hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang
kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan
pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya
tidak sepenuhnya dicurahkan.
Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya
selesailah rumah yang diminta oleh tuannya.Hasilnya bukanlah sebuah rumah yang baik. Sungguh sayang
ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah
pada si tukang kayu.
'Ini adalah rumahmu, ' katanya, 'hadiah dari kami.' Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan
menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri,
ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang
tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.
Teman, itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan
dengan cara yang membingungkan dan kurang bertanggung jawab.Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang
mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup
di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan 'rumah' yang sedang kita bangun. Setiap hari kita
memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan 'rumah' kita dengan
sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.

SEBUTIR PASIR

Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi dunia di Pegunungan Himalaya, Sir Edmund Hillary,
pernah ditanya wartawan apa yang paling ditakutinya dalam menjelajah alam. Dia lalu mengaku tidak
takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkahan es raksasa, atau padang pasir yang luas dan
gersang sekali pun! Lantas apa? "Sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari kaki," kata Hillary.
Wartawan heran, tetapi sang penjelajah melanjutkan kata-katanya, "Sebutir pasir yang masuk di sela-sela
jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku.
Lama-lama jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar, kaki pun tak bisa digerakkan. Itulah
malapetaka bagi seorang penjelajah sebab dia harus ditandu." Harimau, buaya, dan beruang, meski buas,
adalah binatang yang secara naluriah takut menghadapi manusia. Sedang menghadapi jurang yang dalam dan
ganasnya padang pasir, seorang penjelajah sudah punya persiapan memadai. Tetapi, jika menghadapi
sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.
Apa yang dinyatakan Hillary, kalau kita renungkan, sebetulnya sama dengan orang yang mengabaikan dosa-dosa
kecil. Orang yang melakukan dosa kecil, misalnya mencoba-coba mencicipi minuman keras atau membicarakan
keburukan orang lain, sering menganggap hal itu adalah dosa yang kecil. Karena itu, banyak orang yang
kebablasan melakukan dosa-dosa kecil sehingga lambat laun jadi kebiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan,
dosa kecil itu pun akan berubah jadi dosa besar yang sangat membahayakan dirinya dan masyarakat.

Ijinkan Aku Menciummu Ib

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku dipaksa membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.

Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.

Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang
mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi doa di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku
yang sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.

Ibunda, Kenapa Engkau Menangis

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada
bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang
diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup

jangan pernah mengeluh

Hari ini, di sebuah bus, aku melihat seorang remaja tampan dengan rambut sedikit ikal.
Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan aku sangat ingin memiliki gairah hidup yang sama.
Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan. Dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu.
Namun ketika dia lewat .... ia tersenyum. Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua kaki.
Dunia ini milikku.
Aku berhenti untuk membeli sedikit kue. Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona. Aku berbicara padanya.
Dia tampak begitu gembira. Seandainya aku terlambat sampai di kantor, tidaklah apa-apa. Ketika aku pergi,
dia berkata, 'Terima kasih. Engkau sudah begitu baik.
Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu. Lihatlah, aku buta.' Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.
Lalu, sementara berjalan. Aku melihat seorang anak mirip bule dengan bola mata biru. Dia berdiri dan melihat
teman-temannya bermain sepak bola. Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya. Aku berhenti sejenak,
lalu berkata, 'Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, Nak ?' Dia memandang ke depan tanpa bersuara,
lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar. Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua telinga.
Dunia ini milikku.
Dengan dua kaki untuk membawaku ke mana aku mau. Dengan dua mata untuk memandang mentari dan bukit-bukit.
Dengan dua telinga untuk mendengar desir angin dan segala bunyi.
Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh.